hari ini temen kantor gw mengirimkan e-mail yang isinya tentang kenapa Andy F Noya memutuskan untuk keluar dari Metro TV (in case you don’t know who is he, he was the presenter of kick andy). Dia berkomentar, jangan2 bos gw juga keluar karena baca who moved my cheese, buku yang juga dibaca sama Andy. uhm, well, then I start to read it line by line, dan gua menemukan bahwa ada 2 alasan kenapa Andy membuat salah satu keputusan besar dalam hidupnya:
1. karena buku who moved my cheese, dia sadar kalau selama ini Metro TV udah jadi comfort zone-nya, dan hal tsb malah bikin dia gak berkembang.
2. yang kedua, dia ngerasa udah gak bahagia lagi dengan pekerjaannya. Lalu dia memberi gambaran tentang orang yang menemukan “lentera jiwa”-nya di atas pentas, dunia memasak, dll. Bukan di tempat dimana orang tuanya atau orang lain menginginkan dia berada.
Padahal, sebenernya sekarang gua udah mulai menerima semua keadaan gua, dan terus berusaha ‘membahagiakan’ diri gua. kenapa? karena gua mulai berpikir, mungkin ada orang yang terus-menerus gak bahagia di dalam kondisi apapun karena dia gak pernah puas dan gak pernah bersyukur. lantas, gua lalu menarik kesimpulan, mungkin sebenarnya kebahagiaan tuh gak ada di luar sana, tapi kebahagiaan sejati ada dalam diri kita. makanya, gua mau berhenti mengeluh dan menikmati saat2 present gua. tapi, di saat gua mulai setengah menerima keadaan gua, muncullah e-mail ini yang bikin gua ngerasa “disentuh” sama Tuhan. seakan-akan Tuhan mau bicara sama gua, untuk nggak berhenti nyari kebahagiaan gua yang sebenernya. gua juga sadar sih, gua mulai diserang virus comfort zone beberapa bulan lalu, di saat gua udah jadi permanen, gua udah mulai akrab sama temen2 kantor gua, gua udah mulai dapet role yang “meaning”, dan gua udah mulai males pergi kalo gak naik mobil. virus itu belum menjalari seluruh tubuh gua, mungkin bahkan baru 25%. tapi, kegagalan demi kegagalan yang gua alami membuat virus itu menjalar semakin cepat.
gua juga berpikir, apa iya gua emang gak ment to be in marketing area. lalu, kenapa pula tiba2 gua jadi addict sama marketing, padahal dulu gua so much into fashion design. yang bikin gua kecewa adalah karena orang2 menilai gua cocok di bidang planning atau something related with numbers, padahal sebenernya kerjaan behind the desk bikin gua muak. I ever said, “I don’t wanna be what people want me to be, I wanna be what I want!”
ketika gua pengen sesuatu, seharusnya seluruh tubuh dan pikiran gua mengarah kesana, dan alam semesta bergabung membantu gua. setidaknya itu menurut the law of attraction. makanya, ketika gua mental2 terus di marketing dan gua udah mulai capek, then I’m trying to read God’s plan. kenyataannya, gua emang gak bisa ngebaca rencana indah Tuhan buat gua, karena everythings too complicated. apa yang gua mau dan kenyataan yang terjadi sungguh jauh berbeda. setelah gua baca e-mail itu, gua malah jadi makin bingung. gua nggak tau mesti melangkah kemana, antara perasaan gua, harapan gua, kenyataan hidup, dan kehendak Tuhan.
Padahal, umur gua semakin beranjak naik. Everyone move on with her/ his life. Dan gua gak mau 5 tahun lagi gua mengenang masa lalu gua dengan penyesalan. Jujur nih ya, gua ngerasa “kebahagiaan sejati” gua berhenti saat gua lulus kuliah, atau setidaknya pas gua gagal di tahap terakhir brand associate di salah satu FMCG asing. Gara2 gua nggak ngerti lafal perancisnya yang aneh, jadinya gua gak bisa jawab pertanyaannya dengan baik. Padahal, it was my closest stage…
Tapi gua gak mau menyesalinya sih, actually.
Gua bahagia karena milih jurusan gua dengan kesadaran penuh, walaupun saat itu gua lebih mengharapkan keterima di desain grafis. Tapi, kalo gua masuk desain grafis, mungkin karir gua bakalan lebih jelas kali ya. Pastinya gua akan bisa mengekspresikan diri lewat warna2 dan bentuk2 indah di computer. Yang pasti, saat kuliah gua ngerasain gimana ngejalanin sesuatu yang gua suka, sehingga di saat gua jatuh atau bahkan gak punya biaya kuliah, gua masih bisa ngejalanin dengan ikhlas.
Yaaahhhh…. Kalau dipikir-pikir sih, I’ve done my best to grab my dream, bahkan gua udah mengerahkan effort maksimal gua. Then, If things did not happened as the way I want to be, mungkin tinggal masalah keyakinan dan waktu aja. Walaupun udah hampir 2 tahun terlewati, gua ngejalanin sesuatu yang gak gua suka, tapi semua ini seharusnya sih berguna buat gua ke depannya. Pasti. Itulah keyakinan. That’s faith.